Selasa, 30 Juli 2013

Gartono, Calon Wakil Walikota yang Idealis



FIGUR (Firman Gartono Untuk Masyarakat Bogor) tagline kampanye pasangan Firman Sidik Halim - Gartono dengan nomor  urut 1.  

Gartono,  Calon Wakil Walikota 
Bogor yang Idealis


GARTONO CENTER -- Idealisme. Banyak orang yang merasa dibodohi oleh kata idealisme. Idealisme seolah membuat seseorang miskin dan terasing dari lingkungannya. Tetapi tidak bagi DR. Gartono SH, MH. Sebagai Ketua Yayasan Angkatan 84 yang menaungi Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi (SMKF), Gartono berhasil menanamkan idealisme tanpa harus memosisikan siswa-siswi SMKF terasing dari lingkungannya.

“Murid-murid SMKF tidak boleh pacaran di antara mereka. Yang ketahuan diarak di depan murid lain,” kata Gartono calon Wakil Walikota Bogor berpasangan dengan Firman Sidik Halim sebagai calon Walikota Bogor dalam Pilwakot Bogor pada 14 September 2013 mendatang seperti yang dikutip situs berita  Bogorkita dalam pembicaraannya di Cimahpar, Kota Bogor, beberapa waktu lalu.

“Saya tidak mau melihat siswa-siswi SMKF miskin. Dia harus berhasil. Karena itu kualitas harus menjadi yang utama,” katanya memberi alasan.


 Sebagai calon Wakil Walikota Bogor dari unsur independen, Gartono (nomor 4 dari kiri) optimistik bertarung dalam Pilwalkot Bogor 2013.

Murid-murid SMKF yang diwawancara Bogorkita mengakui hal itu. Mereka tidak hanya menerima, tetapi juga senang karena memiliki karakter dan mengaku mudah berkonsentrasi pada pelajaran. Mereka juga bangga karena kakak-kakak kelas mereka yang sudah lulus tidak ada yang menganggur alias langsung diserap oleh dunia kerja.

Keceriaan tergambar jelas dari wajah berseri siswa-siswi SMKF Bogor. Saat ditanya apa enaknya sekolah di SMKF, mereka berebutan memberikan jawaban. Jawaban mereka bermacam-macam. Ada yang mengatakan, karena setelah lulus pasti diterima kerja sebagai asisten apoteker. Jawaban lain, karena senang bisa membuat obat. Senang karena bisa menyelamatkan orang lain. “Saya pernah menyelamatkan tetangga yang sedang sakit,” kata Yeni.

Ketika dikejar alasan soal lulusan yang pasti diterima kerja, Yeni, Ali, Widya, Avia, Adit, dan juga Ewis memberikan jawaban sama. “Itu sudah pasti. Tidak ada lulusan yang ngganggur,” kata mereka. “Gajinya Rp 2 juta,” celetuk yang lain.

Siswa-siswi juga memuji guru-guru yang mereka bahasakan sebagai guru yang hebat-hebat karena lulusan perguruan tinggi ternama. “Walau menerapkan disipilin tinggi, tetapi guru-guru suka humor juga,” kata mereka.

Siswa SMKF Bogor juga menyatakan bangga dengan sekolahnya karena tidak ada perlakuan diskrimatif. Siswa kaya atau miskin diperlakukan sama. Mengenai biaya mereka mengatakan sangat terjangkau. “Pokoknya terjangkau deh…” kata Widya.

Kekompakan siswa tampak nyata. Ketika acara peletakan batu pertama usai, semua siswa langsung melipat kursi dan merapikannya. Tidak ada yang tidak bergerak. Kepala sekolah juga menyapa mereka dengan kata “sayang”.

SMKF bediri sudah lama. Tetapi peletakan batu pertama pengembangan pembangunan gedung sekolah dilaksanakan tahun 2008. Mungkin karena Ketua Yayasnnya yang manaunginya, Gartono adalah seorang pengacara idealis, Acara peresmian dihadiri sejumlah tokoh.

Dari Jakarta ketika itu hadir Menteri Pemuda dan Olahraga Adhiyaksa Dault, sekaligus membubuhkan tanda tangan pada prasasti gedung. Sementara dari Bogor, hadir antara lain Danrem 061/SK Bogor AS Kembaren, Dandim 0606 Bogor Arif Rahman, tokoh partai, dan tokoh masyarakat lainnya. Wali Kota Bogor Diani Budiarto turut memberikan kata sambutan yang dibacakan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor,  (mantan Sekdakot Bogor dan mantan Balon Walikota Bogor 2013) Bambang Gunawan.

Saat memberikan kata sambutan Gartono tak kuasa menahan air matanya. “Saya terharu banyak teman-teman yang hadir,” kata Gartono mengenang acara peresmian SMKF yang dirintis bersama Ir. Safni, istrinya.

Gartono dikenal sebagai aktivis mahasiswa tahun 80-an. Ia sering muncul dan bergabung dengan aktivis dari berbagai universitas di Indonesia dalam demo menentang otoritarianisme Soeharto. Lulus dari Fakultas Hukum Universitas Pakuan, Bogor, Gartono terjun ke dunia pengacara. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN) Kabupaten Bogor, pernah  menjadi Ketua Peradi Bogor Raya. Di profesi ini, lagi-lagi Gartono mampu memegang teguh idealisme. Ia tak segan membela orang-orang miskin dan tertindas tanpa dibayar. Dunia politik juga digelutinya dengan penuh idealisme. Walau banyak partai yang meminangnya, Gartono kukuh di Gerakan Rakyat Marhaen (GRM). “Saya cocok di situ karena GRM berjuang untuk orang miskin,” katanya.  

Di usia 48 tahun, Gartono masih kukuh dengan idealismenya. Ia bersama Firman Sidik Halim bertarung dengan empat pasangan cawalkot dalam Pilwakot Bogor September 2013 mendatang. Firman - Gartono, pasangan yang cukup percaya diri sebagai calon dari unsur  non partai politik dalam bursa pencalonan tersebut. “Saya pikir jika unsur non parpol memenangkan pilkada ini, maka dapat dipastikan good governance dapat dijalankan, karena kami hanya terikat komitmen dengan rakyat dalam menjalankan pemerintahan,” jelas Gartono optimistik. [] Bogor-kita.com/Uddin Zainuddin







Lebih Jauh dengan DR. Gartono, SH, MH, Calon Wakil Walikota Bogor

DR. Gartono, SH, MH

Lebih Jauh dengan DR. Gartono, SH, MH, 
Calon Wakil Walikota Bogor

GARTONO CENTER --  Gartono, nama yang tak asing dalam jagat hukum di Bogor. Pengacara senior kelahiran Bogor ini   sejak mahasiswa hingga sekarang  terus berkutat dengan profesi kepengacaraannya di Kota Hujan.  Kini, Alumni Fakultas Hukum Universitas Pakuan, Bogor tahun 1991 ini  menyalonkan diri dari jalur non partai politik (independen) sebagai calon Wakil Walikota Bogor berpasangan dengan Firman Sidik Halim sebagai Calon Walikota Bogor dalam bursa Pemilihan Walikota Bogor pada 14 September 2013 mendatang. Apa saja yang sudah diperbuat Gartono untuk kemajuan hukum di Kota Bogor selama ini? Berikut ini pemikiran, riwayat, dan kinerja Gartono.

DR. Gartono, SH, MH dilahirkan di kota Bogor, 11 April 1965, merupakan anak pasangan HR. Kunrachmat dan Hj Hudjenah. Sebagai sorang advokat, Gartono menyukai slogan tentang pendobrakan, perjuangan dan penegakan keadilan. Tidak aneh, sebab ia sudah lama malang melintang di dunia kepengacaraan dan pergerakan. Gartono pernah satu kantor dengan advokat ternama, HM Dault dan Muchtar Pakpahan.

Ia juga bergaul dengan tokoh-tokoh garis keras seperti almarhum Prof. Deliar Noer dan Letjen (purn) HR Dharsono, H Ali Sadikin dan Hariman Siregar.

Gartono menamatkan SD dan  SMP di Bogor, tetapi menamatkan SLTA di SMA Muhammadiyah Pekalongan, tetapi lulus di SMA PGRI Kendal, Jawa Tengah. Meskipun pada awalnya bercita-cita menjadi wartawan, tetapi guratan nasib membawanya kuliah selama tujuh tahun di Fakultas Hukum Universitas Pakuan yang diselesaikannya pada tahun 1991 dengan predikat wisudawan terbaik. Ia menyelesaikan pasca sarjana (S2) di UNTAG Jakarta dengan IPK tertinggi. Sekarang menjalani proses pendidikan Strata 3 di universitas yang sama. Berdasarkan prinsip primus inter pares, maka rekan-rekannya sesama pengacara memercayai Gartono sebagai Sekjen Bogor Lawyer Club (BLC) pada tahun 2000.

Saat kuliah, Gartono adalah seorang aktivis pergerakan mahasiswa yang tidak pernah surut semangatnya. Tahun 1987-1989, Gartono terpilih sebagai Ketua Umum Senat Mahasiswa FH UNPAK. Satu tahun kemudian, ia menduduki posisi sebagai Presidium Badan Kontak Mahasiswa se-Jawa Barat dan Koordinator Presidium Senat Mahasiswa UNPAK.

 
Gartono bersama TIM Suksesnya bertemu Rektor UNPAK Prof. Rubini Atmawidjaja, Ph.D, M.Sc. Ir, Selasa (30/7). Sebagai Rektor, Rubini bangga dengan Gartono yang selalu ingat dengan almamaternya.

Saat meletus Perang Teluk pada awal tahun 1990-an, Gartono mengibarkan bendera pembelaan terhadap rakyat Irak dengan mengambil posisi sebagai koordinator Komando Solidaritas Indonesia untuk Irak. Dalam rentang waktu 1992-1994, ayah dua putra dan satu putri ini menjadi koordinator Forum Pemurnian Kedaulatan Rakyat Wilayah Jabar dan Koordinator PCPP (Persatuan Cendekiawan Pembangunan Pancasila) Wilayah II Bogor, Gartono juga memegang posisi Ketua DPD GRM (Gerakan Rakyat Marhaen) Jabar.

Minat Gartono sangat luas, termasuk dalam bidang olahraga. Bahkan penggemar musik country ini tidak setengah-setengah dalam menekuni cabang olahraga pencak silat. Terbukti, ia pernah menjadi juara II Lomba Pencak Silat Kelas A se-Bogor tahun 1981. Olahraga renang dan lari pagi merupakan aktivitas yang dijalaninya dengan rutin.  

Karakter yang terbuka dan pemberani, sedikit banyak dipengaruhi oleh Bung Karno dan Jenderal Soedirman yang dikaguminya.

Banyak hal yang telah dilakukan Gartono bagi Kota Bogor. Ia aktif memantau kinerja birokrat yang diindikasikan terlibat dalam korupsi dengan mendirikan Bogor Corruption Watch (1999). Ia juga melakukan pembelaan terhadap masyarakat miskin melalui LBH Merdeka sejak tahun 1991 yang didirikannya bersama Eggy Sudjana dan Dedi Ekadibrata (mantan tapol). Pada tahun 1998, ketika pengaruh Orba masih kuat mencengkeram, dengan berani Gartono mencalonkan diri sebagai Bupati Bogor bersaing dengan Kolonel Agus Utara Effendy. Pada tahun 2002, Gartono melakukan gugatan class action terhadap Menag RI Said Aqil Husein Al Munawar sehingga ia dijuluki sebagai Pendekar situs Batutulis. Berdasarkan sepak terjangnya tidak heran bilamana pada tahun 2008 Gartono mendapat apresiasi dari koran Jurnal Bogor dengan anugerah Jurnal Bogor Award.

Gartono sangat mencintai keberadaan Kebun Raya Bogor sebagai ikon kota hujan. Gartono sangat terkesan dengan keindahan dan keasrian Kota Bogor yang sangat klasik seperti pada tahun 1970-an. Kenangan masa kecilnya mengingatkan, di kiri kanan jalan protokol Kota Bogor dipenuhi pohon kenari sebagai peneduh jalan. Namun, sebagai warga Bogor, ia menyayangkan mental masyarakat Bogor yang sangat individualis sehingga dengan mudah ditekan penguasa.

Suami dari Ir. Safni ini berharap Kota Bogor bisa dijadikan kota wisata sejarah dan religi di samping wisata belanja. Selain itu, melihat sarana – prasarana dan SDM yang tersedia, Kota Bogor juga berpotensi untuk menjadi kota pelajar dan mahasiswa. Kunci untuk itu, terletak pada bagaimana kebijakan pengelola Kota Bogor, Pemkot dan DPRD. Mereka harus memiliki rasa cinta pada Bogor dan tidak hanya mencari kekayaan melalui jabatan yang diembannya.

Pilkada Tanpa Suap
Menurut Garnoto, pemimpin dalam setiap komunitas senantiasa diperlukan keberadaannya. Pemimpin memiliki makna positif yakni seseorang yang mempunyai kelebihan (shidiq, amanah, fatonah dan tabligh) dan menjadi suri tauladan yang dapat diikuti oleh masyarakat yang dipimpinnya. Dalam konsep demokrasi, rekrutmen dan seleksi kepemimpinan dilakukan melalui pemilihan umum. Konsep kepemimpinan di Indonesia bobotnya semakin meningkat secara hierarkis, seperti RT untuk memimpin sekitar 200 orang, RW 1000 orang. Sementara Walikota Bogor adalah pemimpin untuk memimpin sekitar 1 juta warga Bogor.

Memilih walkota dalam pilkada sama hakekatnya dengan memilih pemimpin dalam skup kecil seperti RT. Di dalam proses pemilihan baik dalam skup kecil maupun besar, harus dihindari praktik jual beli suara. Pemilihan calon walikota  yang terpilih dengan jalan membeli suara bukanlah pemimpin sejati. Karena dia adalah penguasa atau penyuap yang keberadaannya dimodali oleh sponsor atau penyuap – cukong. Akibatnya kebijakan yang diputuskan walikota  - yang merupakan produk politik dengan konsekuensi hukum - akan menguntungkan bagi dirinya sendiri, kelompoknya, para cukong (sponsor) kampanye dan para pelobi oportunis yang mencari kesempatan. “Kepentingan masyarakat menjadi urutan kesekian”. Fenomena ini tampak jelas dalam konfigurasi dan perilaku kekuasaan Orde Baru dan Rezim Reformasi sekarang baik di eksekutif, legislatif maupun yudikatif.

Kejadian tersebut jika terjadi pada sebuah pilkada  seperti Pilwalkot 2013 Bogor akan memakan biaya besar dan hanya menghasilkan penguasa. Akibatnya, sulit melaksanakan good governance. Dengan berhasil memilih pemimpin  melalui pilkada secara jujur dan adil tanpa suap, maka pemerintahan dapat berjalan sesuai dengan Pancasila dan UUD '45.  

Itulah yang mewarnai visi misi Gartono dalam pencalonan dirinya  sebagai calon Pemimpin yang berpasangan dengan Firman Halim pada Pilwalkot Bogor 14 September 2013 mendatang. Banyak masyarakat yang merindukan pemimpin berkarakter seperti ini. Ini terbukti dengan spanduk kampanye yang terpasang di rumah-rumah para simpatisannya bertuliskan: "Kami Rindu Pemimpin Sederhana yang Melayani Warga Kota." Maksud pemimpin itu  adalah pasangan Firman - Gartono dengan tagline FIGUR BOGOR (Firman Gartono Untuk Masyarakat Bogor). [] Uddin Zainuddin,  Sumber Profil Indonesia



 
Biodata:
Nama                : Gartono, SH, MH, DR (ip)
Tempat tanggal lahir    : Kota Bogor, 11 April 1965

Pendidikan             :
1.    SD Empang III Bogor
2.    SMP Negeri I Bogor
3.    SMA Muhammadiyah Pekalongan/SMA PGRI Kendal
4.    Fakultas Hukum UNPAK
5.    Pasca Sarjana UNTAG Jakarta
6.    Doktor UNTAG Jakarta

Pekerjaan             : Advokat
Organisasi            :
1.    Ketua DPP IKADIN 2007 – 2012
2.    Ketua Dewan Kehormatan DPC IKADIN Kab. Bogor
3.    Ketua Peradi Bogor Raya 2009-2012
4.    Sekjen MPS Gerakan Rakyat Marhaen
5.    Sekjen Komnas Pilkada Independen 2007
6.    Ketua Umum Senat Mahasiswa UNPAK 1987-1989
7.    Presidium Badan Kontak Senat Mahasiswa Jawa Barat 1989

Riwayat perjuangan        :
1.    Melakukan Aksi-aksi Pembelaan terhadap Petani Cimacam,  
        Korban Lapangan Golf pada tahun (1989-1992)
2.    Melakukan Aksi-aksi Pembelaan terhadap Korban Waduk    
        Kedungombo pada tahun (1988-1990)
3.    Melakukan Aksi-aksi Pembelaan terhadap Petani Rancamaya, 
        Korban Lapangan Golf pada tahun (1989-1992).